Komplikasi Diabetes Melitus
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada
pasien diabetes melitus akan menyebabkan berbagai komplikasi, baik yang
bersifat akut maupun yang kronik. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi para
pasien untuk memantau kadar glukosa darahnya secara rutin.
Komplikasi
akut
Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM
adalah ketoasidosis diabetik (KAD) dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH).
Pada dua keadaan ini kadar glukosa darah sangat tinggi (pada KAD 300-600 mg/dL,
pada SHH 600-1200 mg/dL), dan pasien biasanya tidak sadarkan diri. Karena angka
kematiannya tinggi, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan
yang memadai.
Keadaan hipoglikemia juga termasuk dalam komplikasi
akut DM, di mana terjadi penurunan kadar glukosa darah sampai < 60 mg/dL.
Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan
hipoglikemia. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia misalnya
pasien meminum obat terlalu banyak (paling sering golongan sulfonilurea) atau
menyuntik insulin terlalu banyak, atau pasien tidak makan setelah minum obat
atau menyuntik insulin.
Gejala hipoglikemia antara lain banyak berkeringat,
berdebar-debar, gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan jika berat, dapat
hilang kesadaran sampai koma. Jika pasien sadar, dapat segera diberikan minuman
manis yang mengandung glukosa. Jika keadaan pasien tidak membaik atau pasien
tidak sadarkan diri harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan dan
pemantauan selanjutnya.
Komplikasi
kronik
Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol
dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf.
Pembuluh darah yang dapat mengalami kerusakan dibagi menjadi dua jenis, yakni
pembuluh darah besar dan kecil.
Yang termasuk dalam pembuluh darah besar antara lain:
·
Pembuluh
darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan penyakit jantung koroner dan
serangan jantung mendadak
·
Pembuluh
darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan menyebabkan luka
iskemik pada kaki
·
Pembuluh
darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan stroke
Kerusakan
pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya mengenai pembuluh darah retina
dan dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat terjadi kerusakan pada
pembuluh darah ginjal yang akan menyebabkan nefropati diabetikum. Untuk lebih
jelasnya baca pada artikel gagal ginjal.
Saraf yang paling sering rusak adalah saraf
perifer, yang menyebabkan perasaan kebas atau baal pada ujung-ujung jari.
Karena rasa kebas, terutama pada kakinya, maka pasien DM sering kali tidak
menyadari adanya luka pada kaki, sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang
lebih dalam (ulkus kaki) dan perlunya melakukan tindakan amputasi. Selain
kebas, pasien mungkin juga mengalami kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri,
lebih terasa sakit di malam hari serta kelemahan pada tangan dan kaki. Pada
pasien yang mengalami kerusakan saraf perifer, maka harus diajarkan mengenai
perawatan kaki yang memadai sehingga mengurangi risiko luka dan amputasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar